Budaya Kata Ajaib (Maaf, Tolong, Terimakasih Dan Permisi)

 

Siswa adalah komponen dasar di suatu sekolah. Keberhasilan sekolah biasanya di ukur melalui pencapaian siswa selama belajar di sekolah tersebut. Selama ini orangtua siswa hanya melihat pencapaian terbaik adalah dari raport, yang padahal nilai bukan hanya diukur dari nilai raport tapi juga akhlak dan karakter anak.

 

Selama ini fokus orangtua siswa adalah nilai dalam angka, padahal ada yang lebih mulia adalah nilai karakter yang tercermin menjadi pribadi yang baik. Ada beberapa kata dasar yang harus dibudayakan siswa untuk diucapkan, yakni maaf, tolong, terimakasih dan permisi.

 

Pentingnya kata maaf adalah ketika memiliki kesalahan kepada orang lain. Namun, ada yang kerap kali terjadi, bukan hanya melupakan mengucapkan ketika salah, namun lebih parah ketika anak bahkan tidak sadar apa kesalahannya. Ini adalah kasus yang kerap kali terjadi. Dimana kesadaran siswa dalam berbuat sesuatu sangatlah kurang. Sehingga, upaya guru dalam mengatasi hal tersebut harus sesuai. Seperti, diberikan waktu untuk merenungi kesalahannya baru anak tersebut mengucapkan “maaf” kepada orang yang pernah dia berbuat salah atasnya.

 

Kata ”maaf” sangat ajaib dapat menetralkan kembali suasana ketika ada anak yang berkelahi atau ada yang mendzolimi orang lain. Sehingga, anak yang merasa tertindas itu tidak merasa diabaikan sehingga butuh perantara guru dalam menyelesaikan tersebut atau orangtua ketika terjadi dirumah. Kata “maaf” juga bisa membuat anak mudah mengakui kesalahan ketika ada salah dan anak tidak selalu merasa benar. Permasalahan mendasar siswa untuk mengucapkan maaf adalah adanya rasa benar. Ketika salah satu siswa diganggu, kemudian siswa tersebut membalas dengan fisik padahal siswa tersebut di ganggu dengan menggunakan verbal ini sangatlah tidak adil. Kadang siswa merasa benar akan tindakannya karena bukan dia yang memulai duluan. Sehingga, kasus seperti ini untuk anak diarahkan untuk menyelesaikan masalah sendiri agar guru tidak menghakimi salah satu siswa, karena kadang laporan yang terjadi tidak sesuai realita. Ketika siswa berhasil menyelesaikan masalahnya sendiri ini membuat siswa mandiri dan tidak selalu di dikte dalam menyelesaikan masalah. Sehingga, kemampuan siswa dalam problem solving bisa meningkat.

 

Salah satu kata ajaib yang kerapkali sangat mengandung makna baik adalah kata tolong. Seringkali siswa meminta bantuan, entah kepada guru teman atau bahkan orangtua siswa tersebut. Namun, anak kadang lupa mengucapkan tolong atau minta tolong. Seakan-akan kadang anak memerintah dengan tidak sopan. Lebih parahnya lagi ketika anak berperilaku sombong seperti bos dan memerintah siswa yang lebih lemah. Ini kerap kali terjadi, padahal
kata minta tolong akan membuat orang yang diminta tolong merasa berharga dan bahkan secara psikologis lebih antusias dalam membantu.

 

Kata minta tolong adalah kata ajaib ketika kita memang sangat membutuhkan bantuan. Karena kadang memerintah tanpa kata minta tolong kesannya tidak sopan, apalagi jika meminta tolong dengan orang yang lebih tua. Begitu juga dengan sesama teman kesan secara sopan santun, sangat sopan ketika memerintah dengan kata minta tolong. Kata tolong membuat semua rasanya lebih baik. Membuat kita lebih sadar keterbatasan dan kelemahan yang kita
miliki. Dengan kata tolong membuat kita lebih mampu menerima diri sendiri karena keterbatasan yang kita punya, sehingga kita bisa melihat apa yang bisa kita lakukan dan tidak.

 

Ada energi positif bagi lawan bicara ketika siswa mengucapkan kata “tolong”. Dengan kata itu, lawan bicara akan termotivasi untuk mengerjakan yang kita butuhkan dengan baik. Lawan bicara akan membayangkan dan memposisikan diri seperti diberikan tugas dengan baik.

 

Kata selanjutnya yang menjadi kata ajaib adalah terimakasih. Kita kadang tidak sadar ada banyak kebaikan yang dilakukan oaranglain kepada kita. Kita seringkali mengabaikan segala bentuk bantuan orang lain adalah bantuan dan memudahkan kita. Bahkan, bantuan tersebut dapat menimbulkan energi positif dalam diri. Misalnya, ketika siswa dibantu membawakan buku, tanpa disadari ada kemudahan yang dilakukan untuk mempermudah pekerjaan kita. Namun, masalah mendasar adalah siswa berat dalam mengakui kebaikan-kebaikan yang di dapatkan dan berfokus dengan hal negatif. Seperti tugas guru dalam mengajar adalah memang suatu tugas kewajiban namun tanpa sadar kata “terimakasih” bisa menjadi penyemangat dalam menjalankan tugas. Kadang siswa juga enggan membalas kata “terimakasih” dengan alasan seseorang memberi bantuan karena membalas kebaikan siswa
tersebut. Padahal, saling tolong menolong adalah keharusan dan kita harus mengucapkan “terimakasih”.

 

Kata “terimakasih” lebih membuat siswa menghargai hal kecil yang terjadi dan semua hal yang ada memiliki makna besar tersendiri. Kesan yang baik juga terwujud dari kata “terimakasih”. Begitu juga guru harus mengucapkan terimakasih ketika meminta tolong dengan siswa dan mengucapkan terimakasih setelahnya. Karena, kata terimakasih membuat orang lain merasa dihargai dan siswa dapat melakukan sesuatu lebih baik lagi di lain waktu.
Seringkali masalah besar tentang akhlak siswa di sekolah adalah kesopanan seperti mengucapkan kata “terimakasih”. Kata tersebut membuat posisi siswa terbantu dalam melakukan sesuatu, sepatutnya kata terimakasih ketika kita ditolong orang lain karena kita yang butuh. Hal seperti ini harus memang dimulai dari guru kemudian siswa akan meniru kebiasaan mengucapkan terimakasih tersebut. Kata “terimakasih” seperti penghargaan besar kepada seseorang yang menolong kita. Sehingga orang tersebut merasa dihargai bantuannya. Sehingga
kata “tolong” dan “terimakasih” sangat dekat kaitannya. Sehingga menjadi kesatuan tidak terpisahkan.

 

Selanjutnya kata ajaib yang harus di terapkan adalah permisi atau bahasa sulawesinya “tabe’”. Banyak siswa yang jarang mengucapkan “permisi” saat bertemu orang yang lebih tua dan akan lewat. Jangankan dengan sesama teman siswa mengucapkan “permisi”, dengan orang yang lebih tua seperti guru saja banyak siswa yang enggan mengucapkannya. Padahal, ketika kita lewat depannya dan kebetulan buru-buru mengusik orang lain, kita harus mengucapkan “permisi”.

 

Kata “permisi” sangat mengandung konotasi positif. Seseorang bisa dinilai kesopanannya melalui penggunaan kata ini. Bahwa memang sangat penting mengucapkan permisi sehingga seseorang lebih merasa dihargai dan kita menghargai orang tersebut. Memahami besarnya kekuatan 4 kata ajaib sebenarnya mudah. Dengan cara mengerti
hal yang dapat terjadi dengan keempat kata tersebut ketika diterapkan. Seseorang yang terbiasa mengucapkan kata positif dalam kehidupan sehari-hari maka lisannya akan mudah mengucapkannya. Begitu juga pikirannya akan mudah untuk dilingkupi pikiran positif. Sehingga, energi positif mudah didapatkan dengan seseorang atau siswa tersebut. Dimana, dampak penerapan kata ajaib itu akan membuat kehidupan menjadi lebih baik. Sebenarnya cara baik agar siswa terbiasa mengucapkan kata ajaib adalah dengan guru dan orangtua membiasakan diri mengucapkan kata tersebut. Maka tanpa disadari siswa akan melihat contoh baik tersebut dan mengikuti perilaku tersebut. Namun. Memang tantangan besar adalah agar kita bisa konsisten melakukan hal tersebut. Tetapi, jika sudah terbiasa maka akan menjadi tabiat seseorang. Agar kita yakin bahwa karakter masih bisa diubah dengan adanya ketegasan dan pembiasaan.

 

Penulis : Muh. Sopian Arianto, S.Pd (Guru SDIT Insan Madani)

Bagikan

Share on facebook
Share on whatsapp
Share on telegram
Share on print

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *